Selasa, 01 Desember 2015

KEKECEWAANKU PADA DIRIKU



KEKECEWAANKU PADAKU

oleh : Minarur Rohman


Bertekuk lutut aku membayangkan Sifat dan akhlaqnya

Hanya terlihat bayangan goresan namanya


Seperti apakah hatinya


Umpama tanah gersang haus air


Kerinduanku tak terpungkiri kepadanya


Laut dalam bukan terlihat cuma Dari gunung tinggi bukan tampak jelas


Besarnya bintang sebagi pencerah


Hanya dari goresan aku melihat gerakannya hanya Terdapat dari syair teruntai


Salutku padamu tak terwujudkan


Hati terasa sakit bila tak sepertimu


Diguyur pipiku dari air lapuk


Mengingat karyamu sebagai pengubah


Adalah tumbuh di manusia yang tak berakal


Yang menjadi pembawa petunjuk


Yang menjadi sumber kebenaran


Yang menjadi tauladan umat


Tapi


Maaf, aku tak bisa menyamaimu



Share:

Contoh Proposal



Sebagai seorang yang terpelajar tentunya tidak akan luput dari apa itu akademis. seseorang yang akademis cenderung menekuni semua materi yang diajarkan di bangku sekolahan. sebaliknya seorang pelajar yang tidak menekuni dunia pelajarannya atau juga disebut aktivis cenderung lebih mengedepankan organisasinya dari pada sekolahnya.

Bagi mereka yang terjun dalam dunia keakademisan, berkorban adalah segalanya. seorang aktivis harus rela berkorban demi teman-teman dan organisasinya. disetiap organisasi pastilah ada yang nama struktur, AD/ART dan lain sebagainya. sebagai penopang sebuah organisasi adalah ketua. ketua tidak akan luput dari yang namanya skretaris dan bendahara. dan nantinya mereka akan bekerja secara berkesinambungan. untuk itu blog pelajar akan memposting contoh proposal kegiatan yang bisa didownload dibawah ini

silahakan klik dibawah ini
DOWNLOAD

Share:

Minggu, 04 Oktober 2015

Belajar Bahasa Arab Indonesia



Assalamu’alaikum
Selamat pagi teman blog pelajar, pagi ini saya akan share pada teman-teman semuanya sebuah wacana atau sebuah aplikasi belajar nahwu untuk kelancaran berbahasa arab untuk android dan untuk PC. Semoga bermanfaat….
ikuti panduan di bawah ini :
a.       Untuk android
1.       Download aplikasi CHM Reader X
2.       Install CHM Reader X
3.       Download aplikasi belajar arab Indonesia
4.       Buka CHM Reader X
5.       Cari aplikasi belajar arab Indonesia yang telah anda download.
b.      Untuk PC
1.       Cukup langsung download ini aplikasi belajar arab Indonesia.

Semoga Bermanfaat ya…
Amiiiiinnnn….
Assalamu’laikum…..


Share:

Minggu, 27 September 2015

Contoh Proposal

Kini blog pelajar akan menshare buat kalian yang suka organisasi, kami punya sklumit contoh proposal kegaiatan LDKMS di Ma Roudlotul Muta'abbidin...
SIlahkan download








Share:

Sabtu, 26 September 2015

SYUKUR AKAN NIKMAT

SYUKUR AKAN NIKMAT
Oleh : Minarur Rohman

Manusia adalah mahluq ciptaan tuhan yang paling sempurna dan paling indah. Sebagai mahluq ciptaanNya manusia di tuntut harus sebagi kholifah, baik kholifah pada diri sendiri ataupun menjadi kholifah pada sesamanya  di muka bumi ini. Sebuah anjuran yang harus di laksanakan pada setiap individu manusia.
                Seseorang dianggap merdeka dan Berjaya  apabila ia sudah kaya akan harta, itulah anggapan manusia secara universal. Padahal harta adalah sebuah jalan untuk mencapai sebuah jalan untuk menuju kemerdekaan. Anggapan saya sebagai seorang yangmerdeka adalah orang yang bia merasakan akan karunia Allah yang Maha Kuasa dan tak pernah habis akan rahmatnnya, diibaratkan kalau lautan sebagai tinta untuk mencatat semua karuniaNya maka sangatlah kurang meskipun yang menjadi pena adalah tanaman yang tumbuh di dunia ini. Seorang yang bias merasakan karunia Allah adalah seorang yang bias berbahagia hidup di dunianNya, tak semua orang bias hidup bahagia di dunia meskipun dia punya harta yang berlimpah ruah, seperti diantarannya para pejabat-pejabat Negeri Ini yang umumnya bekerja hanya untuk memperbesar perutnya sediri. Tapi tak semua pejabat negeri ini seperti itu, mungkin hanya 30 sampai dengan 50 persen yang bisa merasakan kebahagiaan hidup di dunia ini. karena citranya lah yang lebih kuat dari pada Wahmnya.

                Dalam dada manusia di bagi menjadi 2 bagian yaitu sebelah kanan dan sebelah kiri. Sebelah kanan terletak hati yang disitu Allah Menempatkan semua kebaikan, dansebelahnya adalah dada bagian kiri yang terdapat semua sifat-sifat jelek pada diri Manusia. Sekarang tinggal bagaimana Manusia tersebut mengolah dadanya untuk bisa mencapai sebuah kebahagiaan. Titik sebuah kebahagiaan adalah memperkuat Iman kepada Allah, dengan memperkuat iman kepada Allah maka akan timbullah rasa syukur kepada Allah, dengan timbulnya rasa syukur kepada Allah maka akan timbullah sifat prasngaka baik kepada Allah. Berasal dari prasngka baik itulah Manusia akan merasa semua pemberian Allah baik itu yang bersifat negatif (ujian) ataupun (Positif (nikmat). Ketika sifat prasangka buruk itu sudah tertanam maka dia tak akan mudah menyalahkan apa yang Allah Berikan kepadanya, Karena Allah lah yang Maha Segalanya. 
Share:

Periodesasi Presiden di Indonesia

Masa Bakti : 1998 – 1999

Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara- saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya. Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia. Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman. (Dari Berbagai Sumber)
Share:

Senin, 21 September 2015

Abdullah Bin Jahsy RA. (Sang Panglima Perang Pertama Islam) Bagian 1


Abdullah Bin Jahsy ra.
"Mereka bertanya tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah:"Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) dari pada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya". (QS. 2:217).  
Menurut beberapa ahli tafsir, ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Abdullah bin Jahsy.  

Abdullah bin Jahsy radhiallâhu 'anhu  
Dalam Perang Uhud, kaum Quraisy laki-laki dan perempuan melakukan belas dendam terhadap kaum Muslimin atas kekalahan mereka dalam Perang Badar. Mereka bertindak seperti srigala buas, merobek-robek perut Hamzah bin Abdul Muththalib, paman Rasulullah, dan memakan hatinya. 

Abdullah bin Jahsy radhiallâhu 'anhu bangga sekali karena ia merupakan kepala pasukan pertama yang dilantik Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan komandan pasukan pertama yang menetapkan kemenangan perang 1/5 (seperlima) bagian untuk Rasulullah sebelum Allah mengukuhkannya. Ayahnya adalah Jahsy bin Riab bin Khuzaimah al-Asadi, ibunya adalah Aminah binti Abdul Muththalib bin Hasyim, dan saudarinya adalah Zainab binti Jahsy, istri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam . Jadi, dia adalah saudara misan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan ibunya, sekaligus iparnya.  

Dia dilahirkan di Mekkah, dekat Baitullah al-Haram. Sesudah ia dewasa barulah tahu jalan ke Ka'bah. Ia berdiri lama di depan Ka'bah, mengamati jamaah haji yang datang berbondong- bondong dari seluruh pelosok dunia. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri isak tangis mereka, air mata sedih dan keharuan mereka, dan keluh kesah serta doa mereka di depan Ka'bah yang megah itu. Berapa kali telinganya mendengarkan rintihan dan bisikan mereka dengan berbagai bahasa yang tidak dipahami maksud dan tujuannya. Pada saat itu, ia merebahkan dirinya di pangkuan ibunya menanyakan dengan penuh harap apa-apa yang dilihatnya. Ibunya menjawabnya dengan penuh rasa kasih sayang sambil mengusap-usap kepalanya dan pundaknya hingga ia tertidur. Putranya itu lalu diselimuti dan didoakannya supaya Tuhan Ka'bah itu melindungi dan memeliharanya.
  
Pada suatu hari, ia datang kepada ibunya sambil menangis sedih. Ia menceritakan bahwa sekelompok orang telah meruntuhkan bangunan Ka'bah itu. Ibunya menenangkan hatinya, menceritakan kepadanya bahwa mereka sedang memugar bangunan itu supaya emas perak dan permata mutumanikam yang ada di dalamnya tidak dicuri orang akibat kerusakan yang ditimbulkan banjir.  

Pada waktu itu, Abdullah melihat bagaimana persaingan keras antara para kabilah Arab yang berebutan ingin meletakkan Hajar Aswad di tempatnya, hingga hampir terjadi pertengkaran dan peperangan antara mereka. Akhirnya mereka menerima gagasan sesepuh mereka untuk menyerahkan hal itu kepada orang yang pertama kali masuk ke Baitullah esok paginya, untuk menetapkan kabilah mana yang mendapat kehormatan meletakkannya.  Ternyata, orang yang masuk pertama itu Muhammad al-Amin, yang kemudian ia menggelarkan mantelnya dan meletakkan Hajar Aswad itu di tengahnya, lalu ia perintahkan kepada semua wakil kabilah yang hadir untuk memegang ujung mantel itu dan mengangkatnya ke dekat tempatnya, lalu ia mengangkat dengan tangannya dan menaruh di tempatnya. Sesudah Hajar al-Aswad diletakkan di tempatnya, para pekerja meneruskan pekerjaannya memperbaiki Ka'bah.  

Sejak saat itulah, Abdullah mencintai Muhammad al-Amin dengan sepenuh hati dan mengagumi kebijaksanaannya memecahkan masalah yang hampir menimbulkan pertumpahan darah diantara kabilah Arab, dan caranya yang cerdik menyertakan semua kabilah ikut merasa mendapat kehormatan mengangkat Hajar al-Aswad ke tempatnya. Sejak itulah, ia menjadikan Muhammad sebagai tokoh favorit dan panutannya. Setiap hari, Abdullah berusaha menyertai dan duduk-duduk dengan Muhammad untuk belajar lebih banyak tentang berbagai hal, baik melalui tutur katanya maupun melalui tingkah lakunya.  

Pada suatu hari, Abdullah tidak melihat Muhammad al-Amin seperti biasanya. Ia tidak sabar menantinya, ia pergi mengetuk pintu rumahnya. Istri beliau memberitahukan bahwa beliau ada di Gua Hira. Ia pulang ke rumahnya dengan kecewa dan sedih karena rasa rindunya kepada laki-laki pujaannya itu. 
"Kapan gerangan ia kembali duduk-duduk bersamanya lagi?"  

Pada suatu pagi yang membahagiakan, menjelang fajar menyingsing, dimana embusan angin membawa titik-titik embun yang membangkitkan kehidupan dan kesegaran, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sedang sujud di tempat shalatnya, memuja dan memuji Tuhannya, tiba-tiba ia mendengar seperti gemerincing suara bel, kemudian malaikat Jibril menyampaikan wahyu dan perintah Tuhan, "Dan, berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat". (Q,.s.asy-Syu'ara: 214)
Sang surya sudah menampakkan wajahnya yang perkasa dan memancarkan cahayanya, menghalau sisa titik-titik embun yang masih ada diatas daun. Sementara itu, Muhammad al- Amin melangkahkan kakinya menuju Bukit Shafa, tidak jauh dari Ka'bah, lalu teriaknya, "Selamat pagi, Selamat pagi". 
 
Abdullah masih telentang diatas tempat tidurnya, matanya terbuka lebar, sambil berpikir untuk menemui Muhammad al-Amin di Gua Hira, seperti yang dikabarkan isteri beliau, Khadijah. Tiba- tiba, ia mendengar kumandang suara Muhammad, "selamat pagi, selamat pagi" dari atas bukit Shafa, tidak jauh dari rumahnya. Ia lalu melemparkan selimutnya dan pergi ke sana.  

Tampaknya, suara itu berhasil mengumpulkan kaum Quraisy; semuanya berdatangan ingin tahu ada apa sepagi itu mereka diundang. Sesudah mereka berkumpul, mulailah beliau menyeru mereka, 
"Hai keluarga Ghalib, keluarga Luai, keluarga Murrah, keluarga Kilab, keluarga Qushai, dan keluarga Abdu Manaf! Kalau aku memberitahukan kepada kalian bahwa di balik gunung itu ada musuh yang hendak menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayaiku?".  

Mereka menjawab serentak, 
"Ya, karena kau tidak pernah berbohong kepada kami".  

Rasulullah melanjutkan, 
"Maka, janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain disamping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang diazab. Dan, berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkan dirimu terhadap orang- orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman". (Q,.s. asy-Syu'araa': 213-215).  

Kerumunan orang itu lalu bubar. Ada yang percaya dan ada yang tidak, masing-masing membela argumentasi dan kebenarannya. Sementara itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pulang kembali ke rumahnya. Abdullah pun kembali juga dengan membawa kata-kata baru yang dilontarkan Muhammad al-Amin itu. Ternyata, kata-katanya meyakinkan kalbunya, lalu ia pergi menyusul Muhammad ke rumahnya dan meyatakan keislamannya di sana. Sesudah ia mengucapkan kalimat syahadat, lalu ia mengajak kedua saudara perempuannya masuk Islam juga dan ternyata mereka mengikuti jejaknya, malah ia menjadikan salah sebuah ruangan dalam rumahnya sebagai mushalla untuk beribadah dengan tekun dan khusyu' kepada Allah Ta'ala.  

Akan tetapi, Quraisy telah menunggangi kepalanya sendiri. Ia memaklumatkan perang tanpa
ampun terhadap dakwah itu dan bertindak kejam dan keji terhadap para mustadh'afin yang berani mengikuti ajaran Muhammad termasuk juga Abdullah. 
 
Beberapa orang mustadh'afin datang menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan meminta supaya Allah meringankan beban yang mereka derita. Dengan agak gusar, Rasulullah bersabda: "Demi Allah, orang-orang sebelum kalian ditangkap dan tubuhnya dibelah dua, namun mereka tidak bergeser dari agamanya sedikitpun. Ada lagi yang tubuhnya disisir dengan sisir besi diantara tulang dan dagingnya, tetapi hal itu tidak memaksa mereka beralih agama. Hal ini akan berjalan terus hingga para musafir dari Shan'a' ke Hadramaut tidak merasa gentar lagi selain kepada Allah atau para gembala tidak takut lagi kepada ternaknya dari terkaman srigala, tetapi memanglah kalian suatu kaum yang terburu nafsu".
  
Penyiksaan Quraisy makin ganas dan kejam. Abu Jahal menyiksa dan menganiaya Sumayyah, ibu Ammar radhiallâhu 'anhu hingga tewas, begitu pula suaminya, Yasir dan puteranya, Ammar.  Sudah tentu berita itu menimbulkan rasa ngeri dan gelisah pada kaum mustadh'afin karena mereka tidak diperkenankan memaklumatkan perang terhadap kaum mustakbirin itu. Apa yang harus mereka lakukan sedangkan kaum kafir Quraisy tidak henti- hentinya melakukan tindakan penindasan dan perang permusuhan?. Mereka berkumpul dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam untuk meminta dicarikan jalan pemecahan dari ancaman dan terkaman orang-orang ganas dan buas yang tidak berprikemanusiaan itu.  

Pada saat itulah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengemukakan gagasannya: "Kalau kalian mau hijrah ke negeri Habasyah, disana terdapat seorang raja yang tidak berlaku zhalim kepada siapapun, dialah negeri kejujuran hingga Allah membukakan kelapangan dari keadaan kalian dewasa ini".  
Kini, mereka diperkenankan melakukan hijrah, menyelamatkan diri dan agamanya ke negeri yang lebih aman agar bisa menunaikan ibadahnya dengan bebas dan tenang.  

Pada waktu itu, Abdullah dan kedua saudara laki-lakinya serta kedua saudara perempuannya, bahkan dengan semua anggota keluarganya, pergi hijrah ke negeri yang dimaksudkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai negeri kejujuran, yang rajanya tidak pernah berlaku zhalim itu.  

Share:

Abdullah Bin Abbas "Kyai Umat Ini"

Abdullah Bin Abbas (Ibnu Abbas) RA.
"Kyai Umat Ini"
Ibnu Abbas serupa dengan Ibnu Zubeir bahwa mereka sama-sama menemui Rasulullah dan bergaul dengannya selagi masih becil, dan Rasulullah wafat sebelum Ibnu Abbas mencapai usia dewasa. Tetapi ia seorang lain yang di waktu kecil telah mendapat kerangka kepahlawanan dan prinsip-prinsip kehidupan dari Rasuluilah saw. yang mengutamakan dan mendidiknya serta mengajarinya hikmat yang murni. Dan dengan keteguhan iman dan kekuatan akhlaq serta melimpahnya ilmunya, Ibnu Abbas mencapai kedudukan tinggi di lingkungan tokoh-tokoh sekeliling Rasulullah.

Ia adalah putera Abbas bin Abdul Mutthalib bin Hasyim, paman Rasulullah saw. Digelari "habar" atau kyahi atau lengkapnya "kyahi ummat", suatu gelar yang hanya dapat dicapainya karena otaknya yang cerdas, hatinya yang mulia dan pengetahuannya yang luas.  
Dari kecilnya, Ibnu Abbbas telah mengetahui jalan hidup yang akan ditempuhnya, dan ia lebih mengetahuinya lagi ketika pada suatu hari Rasulullah menariknya ke dekatnya selagi ia masih kecil itu dan menepuk-nepuk bahunya serta mendo'akannya: 
"Ya Allah, berilah ia ilmu Agama yang mendalam dan ajarkanlah kepadanya ta'wil".  
Kemudian berturut-turut pula datangnya kesempatan dimana Rasulullah mengulang-ulang do'a tadi bagi Abdullah bin Abbas sebagai saudara sepupunya itu, dan ketika itu ia mengertilah bahwa ia diciptakan untuk ilmu dan pengetahuan.  

Sementara persiapan otaknya mendorongnya pula dengan kuat untuk menempuh jalan ini. Karena walaupun di saat Rasulullah shallallahu alaihi wasalam wafat itu, usianya belum lagi lebih dari tiga belas tahun, tetapi sedari kecilnya tak pernah satu hari pun lewat, tanpa ia menghadiri majlis Rasulullah dan menghafalkan apa yang diucapkannya. Dan setelah kepergian Rasulullah ke Rafiqul A'la, Ibnu Abbas mempelajari sungguh-sungguh dari shahabat-shahabat Rasul yang pertama, apa-apa yang input didengar dan dipelajarinya dari Rasulullah saw. sendiri. Suatu tanda tanya (ingin mengetahui dan ingin bertanya) terpatri dalam dirinya.  
Maka setiap kedengaran olehnya seseorang yang mengetahui suatu ilmu atau menghafalkan Hadits, segeralah ia menemuinya dan belajar kepadanya. Dan otaknya yang cerdas lagi tidak mau puas itu, mendorongnya nntuk meneliti apa yang didengarnya.  
Hingga tidak saja ia menumpahkan perhatian terhadap mengumpulkan ilmu pengetahuan semata, tapi jnga untuk meneliti dan menyelidiki sumber-sumbernya. 

 Pernah ia menceritakan pengalamannya

"Pernah aku bertanya kepada tiga puluh orang shahabat Rasul shallallahu alaihi wasalam mengenai satu masalah". Dan bagaimana keinginannya yang amat besar untuk mendapatkan sesuatu ilmu, digambarkannya kepada kita sebagai berikut: 
"Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wasalam wafat, dikatakan kepada salah seorang pemuda Anshar: 
"Marilah kita bertanya kepada shahabat Rasulullah, sekarang ini mereka hampir semuanya sedang bekumpul?"  
Jawab pemuda Anshar itu:  
"Aneh sekali kamu ini, hai Ibnu Abbas! Apakah kamu kira orang-orang akan membutuhkanmu, padahal di kalangan mereka sebagaian lihat banyak terdapat shahabat Rasulullah ?" 
Demikianlah ia tak mau diajak, tetapi aku tetap pergi bertanya kepada shahabat-shahabat Rasulullah.  

Pernah aku mendapatkan satu Hadits dari seseorang, dengan cara kudatangi rumahnya kebetulan ia sedang tidur siang. Kubentangkan kainku di muka pintunya, lalu duduk menunggu, sementara angin menerbangkan debu kepadaku, sampai akhirnya ia bangun dan keluar mendapatiku. Maka katanya:
"Hai saudara sepupu Rasulullah, apa maksud kedatanganmu? Kenapa tidak kamu suruh saja orang kepadaku agar aku datang kepadamu?" 
"Tidak!" ujarku. 
"Bahkan akulah yang harus datang mengunjungi anda! 
Kemudian kutanyakanlah kepadanya sebuah Hadits dan aku belajar daripadanya ... !"  

Demikianlah pemuda kita yang agung ini bertanya, kemudian bertanya dan bertanya lagi, lalu dicarinya jawaban dengan teliti, dan dikajinya dengan seksama dan dianalisanya dengan fikiran yang berlian. Dari hari ke hari pengetahuan dan ilmu yang dimilikinya berkembang dan tumbuh, hingga dalam usianya yang muda belia telah cukup dimilikinya hikmat dari orang-orang tua, dan disadapnya ketenangan dan kebersihan pikiran mereka.

Sampai-sampai Amirul Mu'minin Umar bin Khatthab radhiallahu anhu menjadikannya kawan bermusyawarah pada setiap urusan penting dan menggelarkannya "Pemuda Tua" ... !  

Pada suatu hari ditanyakan orang kepada Ibnu Abbas:  
"Bagaimana anda mendapatkan ilmu ini ?"  
Jawabnya: 
"Dengan lidah yang gemar bertanya, dan akal yang suka berfikir... !"  
Maka dengan lidahnya yang selalu bertanya dan fikirannya yang tak jemu-jemunya meneliti, serta dengan kerendahan hati dan pandainya bergaul, jadilah Ibnu Abbas sebagai "kyahi ummat ini".  

Sa'ad bin Abi Waqqash melukiskannya dengan kalimat-kalimat seperti ini :
Tak seorang pun yang kutemui lebih cepat mengerti, lebih tajam berfikir dan lebih banyak dapat menyerap ilmu dan lebih luas sifat santunnya dari Ibnu Abbas. Dan sungguh, kulihat Umar memanggilnya dalam urusan-urusan pelik, padahal sekelilingnya terdapat peserta Badar dari
kalangan Muhajirin dan Anshar. Maka tampillah Ibnu Abbas menyampaikan pendapatnya, dan Umar pun tak hendak melampaui apa katanya!"  
Ketika membicarakannya, Ubaidillah bin 'Utbah berkata: 
"Tidak seorang pun yang lebih tahu tentang Hadits yang diterimanya dari Rasulullah shallallahu alaihi wasalam daripada Ibnu Abbas... !  
Dan tak kulihat orang yang lebih mengetahui tentang putusan Abu Bakar, Umar dan Utsman dalam pengadilan daripadanya ... ! 
Begitu pula tak ada yang lebih mendalam pengertiannya daripadanya ....  
Sungguh, ia telah menyediakan waktu untuk mengajarkan fiqih satu hari, tafsir satu hari, riwayat dan strategi perang satu hari, syair satu hari, dan tarikh serta kebudayaan bangsa Arab satu hari.
Serta tak ada yang lebih tahu tentang syair, bahasa Arab, tafsir -Quran, ilmu hisab dan seal pembagian pusaka daripadanya ... ! 
Dan tidak seorang alim pun yang pergi duduk ke dekatnya kecuali hormat kepadanya, serta tidak seorang pun yang bertanya, kecuali mendapatkan jawaban daripadanya... !"  

Seorang Muslim penduduk Bashrah melukiskannya pula sebagai berikut: 
(Ibnu Abbas pernah menjadi gubernur di sana, diangkat oleh Ali)  
"Ia mengambil tiga perkara dan meninggalkan tiga perkara ....  
Menarik hati pendengar apabila ia berbicara.  Memperhatikan setiap ucapan pembicara.  Memilih yang teringan apabila memutuskan perkara.  Menjauhi sifat mengambil muka.  Menjauhi orang-orang yang rendah budi.  Menjauhi setiap perbuatan dosa.  
Sebagaimana kita telah paparkan bahwa Ibnu Abbas adalah orang yang menguasai dan mendalami berbagai cabang ilmu.  
Maka ia pun menjadi tepatan bagi orang-orang pang mencari ilmu, berbondong-bondong orang datang dari berbagai penjuru negeri Islam untuk mengikuti pendidikan dan mendalami ilmu pengetahuan.  
Di samping ingatannya yang kuat bahkan luar biasa itu, Ibnu Abbas memiliki pula kecerdasan dan kepintaran yang Istimewa.  
Alasan yang dikemukakannya bagaikan cahaya matahari, menembus ke dalam kalbu menghidupkan cahaya iman ....
Dan dalam percakapan atau berdialog, tidak saja ia membuat lawannya terdiam, mengerti dan menerima alasan yang dikemukakannya, tetapi juga
menyebabkannya diam terpesona, karena manisnya susunan kata dan keahliannya berbicara ... !  
Dan bagaimana pun juga banyaknya ilmu dan tepatnya alasan tetapi diskusi atau tukar fikiran itu ... ! 
Baginya tidak lain hanyalah sebagai suatu slat yang paring ampuh untuk mendapatkan dan mengetahui kebenaran ... !  
Dan memang, telah lama ia ditabuti oleh Kaum Khawarij karena logikanya yang tepat dan tajam! 
Pada suatu hari ia diutus oleh Imam Ali kepada sekelompok besar dari mereka. Maka terjadilah di antaranya dengan mereka percakapan yang amat mempesona, di mana Ibnu Abbas mengarahkan pembicaraan serta menyodorkan alasan dengan cara yang menakjubkan. Dari percakapan yang panjang itu, kita cukup mengutip cupIikan di bawah ini: -  

Tanya Ibnu Abbas: "Hal-hal apakah yang menyebabkan tuan-tuan menaruh dendam terhadap Ali ... ?"  
Ujar mereka: 
"Ada tiga hal yang menyebabkan kebencian kami padanya: 
1. Agama Allah ia bertahkim kepada manusia, padahal Allah berfirman: '"Tak ada hukum kecuali bagi Allah ... !')  
2. Dia berperang, tetapi tidak menawan pihak musuh dan tidak pula mengambil barta rampasan. Seandainya pihak lawan itu orang-orang kafir, berarti harta mereka itu halal. Sebaliknya bila mereka orang-orang beriman maka haramlah darahnya ... !) 
3. Waktu bertahkim, ia rela menanggalkan sifat Amirul Mu'minin dari dirinya demi mengabulkan tuntutan lawannya. Maka jika ia sudah tidak jadi amir atau kepala bagi orang- orang Mu'min lagi, berarti ia menjadi kepala bagi orang-orang kafir... !"

Lamunan-lamunan mereka itu dipatahkan oleh Ibnu Abbas, katanya:
"Mengenai perkataan tuan-tuan bahwa ia bertahkim kepada manusia dalam Agama Allah, maka apa salahnya ... ?  
Bukankah Allah telah berfirman:  "Hai orang-orang beriman! Janganlah halian membunuh binatang buruan, sewaktu halian dalam ihram! Barang siapa di antara kalian yang membunuhnya dengan sengaja, maka hendaklah ia membayar denda berupa binatang ternak yang sebanding dengan hewran yang dibunuhnya itu, yang untuk menetapkannya diputuskan oleh dua orang yang adil di antara kalian sebagai hahimnya ... !" (Q.S. 5 al-hlaidah: 95).
Nah, atas nama Allah cobalah jawab: "Manakah yang lebih penting, bertahkim kepada manusia demi menjaga darah kaum Muslimin, ataukah bertahkim kepada mereka mengenai seekor kelinci yang harganya seperempat dirham ... ?"   

Para pemimpin Khawarij itu tertegun menghadapi logika tajam dan tuntas itu. Kemudian "kyai ummat ini" melanjutkan bantahannya: -  
"Tentang ucapan tuan-tuan bahwa ia perang tetapi tidak melakukan penawanan dan merebut harta rampasan, apakah tuan-tuan menghendaki agar ia mengambil Aisyah istri Rasulullah shallallahu alaihi wasalam dan Ummul Mu'minin itu sebagai tawanan, dan pakaian berkabungnya sebagai barang rampasan ... ?"  

Di sini wajah orang-orang itu jadi merah padam karena main, lain menutupi muka mereka dengan tangan ...,sementara Ibnu Abbas beralih kepada soal yang ketiga katanya: -  
"Adapun ucapan tuan-tuan bahwa ia rela menanggalkan sifat Amirul Mu'minin dari dirinya sampai selesainya tahkim, maka dengarlah oleh tuan-tuan apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasalam di hari Hudaibiyah, yakni ketika ia mengimlakkan surat perjanjian yang telah tercapai antaranya dengan orang-orang Quraisy. 
Katanya kepada penuiis:
"Tulislah: Inilah yang telah disetujui oleh Muhammad Rasulullah". Tiba-tiba utusan Quraisy menyela: "Demi Allah, seandainya kami mengakuimu sebagai Rasulullah, tentulah kami tidak menghalangimu ke Baitullah dan tidak pula akan memerangimu ... ! 

Maka tulislah:  
Inilah yang telah disetujui oleh Muhammad bin Abdullah ... !"  
Kata Rasulullah kepada mereka: "Demi Allah, sesungguhnya saya ini Rasulullah walaupun kamu tak hendak mengakuinya…"  
Lalu kepada penulis surat perjanjian itu diperintahkannya:  "Tulislah apa yang mereka kehendaki! Tulis: Inilah yang telah disetujui oleh Muhammad bin Abdullah"

Demikianlah, dengan cara yang menarik dan menakjubkan ini, berlangsung soal jawab antara Ibnu Abbas dan golongan Khawarij, hingga belum lagi tukar fikiran itu selesai, duapuluh ribu orang di antara mereka bangkit serentak, menyatakan kepuasan mereka terhadap keterangan- keterangan Ibnu Abbas dan sekaligus memaklumkan penarikan diri mereka dari memusuhi Imam Ali.

Ibnu Abbas tidak saja memiliki kekayaan besar berupa ilmu pengetahuan semata, tapi di samping itu ia memiliki pula kekayaan yang lebih besar lagi, yakni etika ilmu serta akhlak para ulama. Dalam kedermawanan dan sifat pemurahnya, Ia bagaikan Imam dengan,panji-panjinya. Dilimpah-ruahkannya harta bendanya kepada manusia, persis sebagaimana ia melimpah ruahkan ilmunya kepada mereka.

Orang-orang yang sesama dengannya, pernah menceritakan dirinya sebagai berikut: 
"Tidak sebuah rumah pun kita temui yang lebih banyak makanan, minuman buah-buahan, begitupun ilmu pengetahuannya dari rumah Ibnu Abbas ... !"  
Di samping itu ia seorang yang berhati suci dan berjiwa bersih, tidak menaruh dendam atau kebencian kepada siapa juga.  Keinginannya yang tak pernah menjadi kenyang, ialah harapannya agar setiap orang, baik yang dikenalnya atau tidak, beroleh kebaikan...!  
Katanya mengenai dirinya: 
"Setiap aku mengetahui suatu ayat dari kitabullah, aku berharap kiranya semua manusia mengetahui seperti apa yang kuketahui itu ... ! 
Dan setiap aku mendengar seorang hakim di antara hakim-hakim Islam melaksanakan keadilan dan memutus sesuatu perkara dengan adil, maka aku merasa gembira dan turut mendu'akannya ..., padahal tak ada hubungan perkara antaraku dengannya ... ! 
Dan setiap aku mendengar turunnya hujan yang menimpa bumi Muslimin, aku merasa berbahagia, padahal tidak seekor pun binatang ternakku yang digembalakan di bumi tersebut...!"  
Ia seorang ahli ibadah yang tekun beribadat dan rajin bertaubat ..., sering bangun di tengah malam dan shaum di waktu siang, dan seolah-olah kedua matanya telah hafal akan jalan yang dilalui oleh air matanya di kedua pipinya, karena seringnya ia menangis, balk di kala ia shalat maupun sewaktu membaca alquran.
Dan ketika ia membaca ayat-ayat alquran yang memuat berita duka atau ancaman, apalagi mengenai maut dan saat dibangkitkan, maka isaknya bertambah keras dan sedu sedannya menjadi-jadi ... !  

Di samping semua itu, ia juga seorang yang berani, berfikiran sehat dan teguh memegang amanat ... ! 
Dalam perselisihan yang terjadi antara Ali dan Mu'awiyah, ia mempunyai beberapa pendapat yang menunjukban tingginya kecerdasan dan banyaknya akal serta siasatnya. Ia lebih mementingkan perdamaian dari peperangan, lebih banyak berusaha dengan jalan lemah lembut daripada kekerasan, dan menggunahan fikiran daripada paksaan...! 
Tatkala Husein radhiallahu anhu bermaksud hendak pergi ke Irak untuk memerangi Ziad dan Yazid, Ibnu Abbas menasehati Husein, memegang tangannya dan berusaha sekuat daya untuk menghalanginya. Dan tatkala ia mendengar kematiannya, ia amat terpukul, dan tidak keluar- keluar rumah karena amat dukanya.  
Dan di setiap pertentangan yang timbul antara Muslim dengan Muslim tak ada yang dilakukan oleh Ibnu Abbas, selain mengacungkan bendera perdamaian, beriunak lembut dan melenyapkan kesalah-pahaman  
Benar ia ikut tejun dalam peperangan di pihak Imam Ali terhadap Mu'awiyah, tetapi hal itu dilakukannya, tiada lain hanyalah sebagai tamparan keras yang wajib dilakukan terhadap penggerak perpecahan yang mengancam keutuhan Agama dan kesatuan ummat... !  
Demikianlah kehidupan Ibnu Abbas, dipenuhi dunianya dengan ilmu dan hikmat, dan disebarkan di antara ummat buah nasehat dan ketaqwaannya.

Dan pada usianya yang ke-71  tahun, ia terpanggil untuk menemui Tuhannya Yang Maha Agung. Maka kota Thaif pun menyaksikan perarakan besar, di mana seorang Mu'min diiringkan menuju surganya. 
Dan tatkala tubuh kasamya mendapatkan tempat yang aman dalam kuburnya, angkasa bagai berguncang disebabkan gema janji Allah yang haq:  

"Wahai jiwa yang aman tenteram! Kembalilah kamu kepada Tuhanmu dalam keadaan ridla dan diridlai. Maka masuklah ke dalam lingkungan hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surgaKu.
Share:

Mari Berubah