Minggu, 29 Maret 2020

DI JAJAH OLEH SAUDARAKU SENDIRI

"Jangan Baca Sampai selesai jika tidak mau tau."
Ini adalah hari ke-7 aku di hantui oleh sakit hidung tersumbat. Semenjak wabah yang merambah ke seantero dunia. Semua yang biasa menjadi tidak biasa. Dulunya yang menjadi kebiasaan kini menjadi larangan, bahkan yang parah akan menjadi sebuah keharaman (mungkin).
Mungkin ini adalah pepiling. Bayangkan jika, anda telat minum obat. Atau lebih ringan saja. Telat nambal ban motor yang bocor kemarin sore, paginya anda tidak bisa kerja, atau kalau dihari Minggu anda tidak bisa jalan sama pacar anda yang sudah dua Minggu tidak jalan karena kesibukan anda. Dan lainnya, yang memberikan efek samping. Mungkin kalau wabah ini tidak hanya samping saya kira. Tapi efek segala penjuru.
Silahkan anda bayangkan sendiri, penghulu nikah saja cuti gara-gara ini. Tapi saya belum tahu, apakah penjualan kondom meningkat apa menurun. Mungkin meningkat gara-gara lockdown, yang hari ini gencar menjadi tindakan bersama untuk pencegahan wabah.
Saya sempet bertanya pada motor yang lagi bandel ngajak jalan-jalan.
"Lockdown apa dirumah saja ?"
Karena percuma jalan ditutup tertulis "Mohon maaf jalan di Lockdown", "Ngeyel, ayo gelut". Tapi masih banyak para pejuang jalanan untuk mencari nafkah atau mengantar makanan kerumah anda.
Jadi gini, bukan masalah bagaimana kita menutup semua akses jalan, tapi bagaimana cara kita tetap di rumah tidak ada tamu yang datang ke rumah.
Mekanisme Lockdown harus di tata dengan sedemikian rapinya, atau seadil-adilnya bahkan sedermawan mungkin. Kasihan para orang kaya yang membutuhkan jasa pengambilan sampah, bisa jadi sampah depan rumah menggunung. (Semoga tukang sampah tidak membaca tulisan saya, karena ini pelecehan).
Lockdown berarti  semua terkena dampaknya. Silahkan di rumah saja, karena anda tidak akan merepotkan orang lain. Dan yang lebih penting lagi, jangan salahkan pemerintah : RT, RW, DUKUH, KADES.
Jika anda memang orang yang mampu dan setuju lockdown. Bantu tetangga anda yang kurang mampu. Jika berzakat hanya untuk kewajiban, tanpa ada niat untuk membantu sesama. Anda termasuk orang yang beli kacang tanpa isinya. Anda mau makan kulit kacang?
Sekarang bukan tugas pemerintah saja, ini tugas kita bersama. Kita, bukan anda, saya atau mereka. JANGAN HANYA MENGKRITIK, apalagi lewat media sosial yang tinggal share.
LAKUKAN YANG NYATA.
Jadi, tolonglah bedakan antara lockdown Australia dengan Indonesia. Kultur masyarakat Indonesia berbeda dengan kultur-kultur negara lain. Kalau anda benar-benar orang Indonesia dan lebih-lebih Seorang muslim yang taat beragama, lihatlah di YouTube anda keutamaan memberi bagi orang yang membutuhkan menurut ustadz atau guru yang anda percaya. Lihat YouTube kok ceramahnya tentang mengkritik dan mengkritik.
Semoga anda sadar kalau saya menyindir anda.
Dan mari SADAR, gunakan otak dan hati nurani. Tingkatkan iman, imun dan luman.
x
Share:

Mari Berubah