Hari ini umur Negara Bedegul mencapai umur kesekian kalinya untuk di merdekakan. Tidak semua orang ikut diam dalam kemerdekaan itu. Hanya andil dan kerjasama sekaligus curahan jiwa untuk mensemarakkan kemerdekaan itu. Di setiap dinding tembok yang kosong tertempel poster-poster, pamflet, dan lain sebagainya berisi pengumuman untuk setiap warga diharuskan untuk memasang bendera sebagai tanda yang tersebut di atas. Namun, tidak semua warga punya bendera yang di inginkan para pujangga negara. Alhasil bendera itulah sebagai ukuran perekonomian masing-masing kepala keluarga.
Paling tragis adalah mereka yang tidak punya bendera dan tidak punya tiangnya. Negara akan mendenda sebesarnya bagi mereka yang tidak punya kedua-duanya dan akan dipotongan bagi mereka yang punya salah satu diantara keduanya.
Keluarga bapak Hantino yang terpantau tidak punya gelimangan harta dan benda. Hanya sebatas gubug reot yang sebentar lagi akan rata dengan tanah karena tidak mempunyai SIM-T (Surat Izin Milik Tanah). Ia di tinggal istrinya pergi mendahuluinya menyetorkan laporan ke yang maha Kuasa. Bapak yang biasa di panggil pak Han itu hidup dengan seorang anak laki-laki sepeninggal istrinya. Usia pak Han sekarang mencapai usia konsumtif. Dalam artian dia sudah kebergantunan denan obat-obatan meskipun tidak terlarang. Dengan dibantu anaknya dan sumbangan dari sanak saudaranya pak Hantito menjalani kehidupannya.
Anak yang pertama dan terakhir ini adalah anak tersayang yang setiap saat dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari pak Han. Dengan Nama Masito adalah sebagai pertanda bahwa itu adalah anak dari pak Han. Usianya mendekati usia 20 tahunan. Usia perpindahan dari siswa ke mahasiswa. Dengan pendidikannya yang ditempuh pada usia itu selesai dengan terbaik diantara teman-teman sekelasnya. Dengan tujuan awalnya merantau untuk mencari ilmu diluar sana. Namun, sangat disayangkan karena biaya dan ayahnya yang sakit-sakitnya membuat ia mengurungkan niatnya lagi untuk berkelana mencari apa yang ingin dia cari diluar lingkungan biasanya ia tinggal. Akhirnya dia memilih untuk tinggal dirumah dengan mencari beberapa pekerjaan yang tidak mengganggu kewajibannya dalam merawat bapaknya yang lagi sakit.
Tidak lepas dari itu pak Han juga menyambi pekerjaan yang hanya sebagai penjual bonsai. Dengan di bantu dengan Masito dalam merawat serta dalam proses mengirim dan menerima bibit bonsai. Keseharian pak Han adalah memotong serta menyiram dan merawat bonsai-bonsai yang tertanam melingkar di rumahnya. Penyakit yang di idap oleh pak Han mengakibatkan keterbatasan dalam mengangkat beban-beban berat. Terutama pupuk yang di Import langsng dari luar jawa dengan diambil oleh Masito dari tengkulak dekat pasar kecamatan sebelah.